Tahun 2019, Turis China Masih Jadi Target Utama Pemerintah
A
A
A
PEMERINTAH memproyeksikan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun 2019 sebesar 18 juta orang. Pasar China masih jadi prioritas dengan target 3,5 juta kunjungan wisman asal Negeri Panda itu.
Pada awal pemerintahan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan target 20 juta kunjungan wisman pada 2019. Namun, target itu diperkirakan akan meleset setelah berkaca pada kunjungan wisman tahun ini yang diproyeksikan hanya tercapai 16 juta wisman dari target 17 juta wisman.
Sebagai catatan, hingga Oktober 2018 jumlah kunjungan wisman ke Indonesia baru mencapai 13,24 juta orang. Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut, kekurangan 1 juta wisman tersebut dipengaruhi tiga kejadian, yaitu bencana gempa bumi di Lombok yang disusul di Palu, musibah jatuhnya pesawat terbang Lion Air jurusan Jakarta-Pangkalpinang, dan polemik Zero Dollar Tour.
Meskipun secara kuantitas tidak tercapai, Menpar memastikan dari aspek devisa akan tercapai. “Dengan rata-rata spending per kedatangan wisman sekitar USD1100 dikalikan 16 juta wisman, maka akan didapat USD17,6 miliar. Untuk 2019, saya optimistis bisa mendatangkan 18 juta wisman dengan devisa mencapai USD19,8 miliar,” ujarnya kepada KORAN SINDO.
Dia mengungkapkan, tahun depan Kemenpar akan melakukan upaya tambahan untuk menggenjot kunjungan wisman. Program yang disebut sebagai super extra ordinary itu berfokus pada tiga hal, yaitu wisata perbatasan (border tourism ), menjadikan Singapura sebagai tourism hub, dan pengembangan low cost carier terminal (LCCT).
“Saya berdiskusi dengan Angkasa Pura II. Saya mau 1 Januari 2019, kita de facto punya LCCT yang pertama, yaitu di Terminal II Bandara Soekarno Hatta,” ujarnya.
Plt Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani menambahkan, Singapura menjadi tourism hub serta sebagai sumber wisman dalam program hot deal.
Pasar Singapura sangat menarik bagi Indonesia karena estimasi jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura selama 12 bulan terakhir mencapai 12 juta pax dengan rincian 32% dari ASEAN minus Indonesia, 22% China-Hong Kong, 17% Asia- Pasifik, 14% Asia Tengah, MEA, Afrika, sisanya dari Eropa dan Australia.
“Secara wilayah, Singapura dekat dengan Indonesia, seperti Kepulauan Riau (Kepri) yang memiliki Great Batam. Salah satu faktor penting dalam pariwisata adalah proximity atau kedekatan, baik jarak maupun budaya sehingga Singapura menjadi target market yang ideal,” tuturnya.
Secara global tahun ini pasar perjalanan wisata tumbuh 12% dan Asia memimpin dengan pertumbuhan 20%. Dalam acara Indonesia Tourism Outlook 2019 yang digelar Forum Wartawan Pariwisata di Jakarta, Selasa (27/11), Menpar menyebut pasar China masih akan menjadi prioritas untuk dibidik pada 2019.
Targetnya 3,5 juta wisman, naik dibanding target tahun ini 2,6 juta wisman. Karena sebagian besar turis China terutama dari kalangan milenial melakukan booking melalui aplikasi digital atau internet, Kemenpar pun menyiapkan strateginya, termasuk promosi jelang lima hari libur utama China.
“Separuh dari wisman yang datang ke Indonesia adalah milenial yang mempunyai selera dan kebiasaan berwisata berbeda. Maka kita akan rancang paket-paket dan kalender event wisata khusus milenial,” ujarnya.
Manajer Destinasi TripAdvisor untuk Asia Utara Gary Chen mengatakan, kecenderungan wisatawan milenial dalam berpergian memilih hotel budget . Dari 351 juta warganet China, 95%-nya sudah menggunakan aplikasi mobile dan 29% melakukan booking sebelum sampai di destinasi wisata.
Mereka biasanya berpergian saat libur musim panas, hari buruh, Imlek, Natal, dan tahun baru. “Saat Imlek, jumlah perjalanan wisata naik 5%, tapi uang yang dibelanjakan naik 34% karena perusahaan di China juga memberikan THR,” katanya.
Menurut Gary, pada 2021 diproyeksikan orang China yang berwisata ke luar negeri mencapai 156 juta orang dengan rata-rata pertumbuhan 20% per tahun sejak 2012. Tahun depan sekitar 33% turis China merancang perjalanan wisatanya sendiri alias free independen traveller (FIT).
Para traveler dari China menempatkan Bali di urutan pertama untuk dikunjungi. Banyak wisatawan terutama dari kelompok wanita berpergian ke luar negeri termasuk ke Bali.
“Belakangan ini traveler wanita mendominasi 56% dari total warga China yang berpergian ke luar negeri. Sebanyak 93% traveler ingin merasakan pengalaman otentik dan budaya lokal,” kata GM Regional Business Development SEA Baidu Yu Yen-Te.
Pengamat ekonomi, Faisal Basri, mengingatkan agar Kemenpar tidak mengejar target berdasarkan kuantitas, namun yang diutamakan adalah kualitas, yaitu devisa.
“Kalau mengejar kuantitas akan selalu tidak tercapai. Lebih baik mengejar kualitas dengan meningkatkan lama tinggal dan pengeluaran wisman,” ujarnya seraya mengatakan ada kecenderungan kontribusi devisa pariwisata terhadap ekonomi nasional secara netto akan semakin menurun karena bertambah banyak wisatawan dalam negeri (wisnas) yang bepergian ke luar negeri.
Meskipun jumlahnya tidak sebanyak wisatawan asing yang masuk ke Indonesia (inbound ), tapi pertumbuhan wisatawan Indonesia yang ke luar negeri lebih cepat.
Faisal melihat pertumbuhan perolehan devisa dari wisman tahun lalu hanya 5%, sedangkan pengeluaran wisatawan Indonesia ke luar negeri tumbuh 7%. “Ini menjadi tantangan ke depan yang semakin susah mempertahankan surplus devisa dari pariwisata,” katanya.
Pada awal pemerintahan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan target 20 juta kunjungan wisman pada 2019. Namun, target itu diperkirakan akan meleset setelah berkaca pada kunjungan wisman tahun ini yang diproyeksikan hanya tercapai 16 juta wisman dari target 17 juta wisman.
Sebagai catatan, hingga Oktober 2018 jumlah kunjungan wisman ke Indonesia baru mencapai 13,24 juta orang. Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut, kekurangan 1 juta wisman tersebut dipengaruhi tiga kejadian, yaitu bencana gempa bumi di Lombok yang disusul di Palu, musibah jatuhnya pesawat terbang Lion Air jurusan Jakarta-Pangkalpinang, dan polemik Zero Dollar Tour.
Meskipun secara kuantitas tidak tercapai, Menpar memastikan dari aspek devisa akan tercapai. “Dengan rata-rata spending per kedatangan wisman sekitar USD1100 dikalikan 16 juta wisman, maka akan didapat USD17,6 miliar. Untuk 2019, saya optimistis bisa mendatangkan 18 juta wisman dengan devisa mencapai USD19,8 miliar,” ujarnya kepada KORAN SINDO.
Dia mengungkapkan, tahun depan Kemenpar akan melakukan upaya tambahan untuk menggenjot kunjungan wisman. Program yang disebut sebagai super extra ordinary itu berfokus pada tiga hal, yaitu wisata perbatasan (border tourism ), menjadikan Singapura sebagai tourism hub, dan pengembangan low cost carier terminal (LCCT).
“Saya berdiskusi dengan Angkasa Pura II. Saya mau 1 Januari 2019, kita de facto punya LCCT yang pertama, yaitu di Terminal II Bandara Soekarno Hatta,” ujarnya.
Plt Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani menambahkan, Singapura menjadi tourism hub serta sebagai sumber wisman dalam program hot deal.
Pasar Singapura sangat menarik bagi Indonesia karena estimasi jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura selama 12 bulan terakhir mencapai 12 juta pax dengan rincian 32% dari ASEAN minus Indonesia, 22% China-Hong Kong, 17% Asia- Pasifik, 14% Asia Tengah, MEA, Afrika, sisanya dari Eropa dan Australia.
“Secara wilayah, Singapura dekat dengan Indonesia, seperti Kepulauan Riau (Kepri) yang memiliki Great Batam. Salah satu faktor penting dalam pariwisata adalah proximity atau kedekatan, baik jarak maupun budaya sehingga Singapura menjadi target market yang ideal,” tuturnya.
Secara global tahun ini pasar perjalanan wisata tumbuh 12% dan Asia memimpin dengan pertumbuhan 20%. Dalam acara Indonesia Tourism Outlook 2019 yang digelar Forum Wartawan Pariwisata di Jakarta, Selasa (27/11), Menpar menyebut pasar China masih akan menjadi prioritas untuk dibidik pada 2019.
Targetnya 3,5 juta wisman, naik dibanding target tahun ini 2,6 juta wisman. Karena sebagian besar turis China terutama dari kalangan milenial melakukan booking melalui aplikasi digital atau internet, Kemenpar pun menyiapkan strateginya, termasuk promosi jelang lima hari libur utama China.
“Separuh dari wisman yang datang ke Indonesia adalah milenial yang mempunyai selera dan kebiasaan berwisata berbeda. Maka kita akan rancang paket-paket dan kalender event wisata khusus milenial,” ujarnya.
Manajer Destinasi TripAdvisor untuk Asia Utara Gary Chen mengatakan, kecenderungan wisatawan milenial dalam berpergian memilih hotel budget . Dari 351 juta warganet China, 95%-nya sudah menggunakan aplikasi mobile dan 29% melakukan booking sebelum sampai di destinasi wisata.
Mereka biasanya berpergian saat libur musim panas, hari buruh, Imlek, Natal, dan tahun baru. “Saat Imlek, jumlah perjalanan wisata naik 5%, tapi uang yang dibelanjakan naik 34% karena perusahaan di China juga memberikan THR,” katanya.
Menurut Gary, pada 2021 diproyeksikan orang China yang berwisata ke luar negeri mencapai 156 juta orang dengan rata-rata pertumbuhan 20% per tahun sejak 2012. Tahun depan sekitar 33% turis China merancang perjalanan wisatanya sendiri alias free independen traveller (FIT).
Para traveler dari China menempatkan Bali di urutan pertama untuk dikunjungi. Banyak wisatawan terutama dari kelompok wanita berpergian ke luar negeri termasuk ke Bali.
“Belakangan ini traveler wanita mendominasi 56% dari total warga China yang berpergian ke luar negeri. Sebanyak 93% traveler ingin merasakan pengalaman otentik dan budaya lokal,” kata GM Regional Business Development SEA Baidu Yu Yen-Te.
Pengamat ekonomi, Faisal Basri, mengingatkan agar Kemenpar tidak mengejar target berdasarkan kuantitas, namun yang diutamakan adalah kualitas, yaitu devisa.
“Kalau mengejar kuantitas akan selalu tidak tercapai. Lebih baik mengejar kualitas dengan meningkatkan lama tinggal dan pengeluaran wisman,” ujarnya seraya mengatakan ada kecenderungan kontribusi devisa pariwisata terhadap ekonomi nasional secara netto akan semakin menurun karena bertambah banyak wisatawan dalam negeri (wisnas) yang bepergian ke luar negeri.
Meskipun jumlahnya tidak sebanyak wisatawan asing yang masuk ke Indonesia (inbound ), tapi pertumbuhan wisatawan Indonesia yang ke luar negeri lebih cepat.
Faisal melihat pertumbuhan perolehan devisa dari wisman tahun lalu hanya 5%, sedangkan pengeluaran wisatawan Indonesia ke luar negeri tumbuh 7%. “Ini menjadi tantangan ke depan yang semakin susah mempertahankan surplus devisa dari pariwisata,” katanya.
(don)